Thursday, June 28, 2007

OH



A thought to ponder amongst us all
Stuck in a rat race, too scared too fall
An endless chase for the big green monster,
A life of misery, for a mere extra penny

To those, oh so fearful toward death
Yet all so faithful towards his wealth
Lest he forget our prophet’s vision
Of a disease that leaves many stricken
Hubbud dunya wa karahiatul maut[1]

To those, who refuse to read the signs
Put up by His messengers along the line
Reminding us that we all have parts to play
In this chessboard of life, one must obey

Why oh why do you choose this path?
For what is measured are our deeds
To all mankind and those in need
So fret not about one’s age
Fret not about your wage
For what is written cannot be changed

The end is near, don’t fear, be wise
As this might be your last sunrise
The end is near, our future holds
One of two, an ending calls,
Rewards so great one can’t comprehend
Or torture, oh torture one cannot stand

Two tall trees stand side by side
One lush with greens
The other save but naught,
One oh so smart the other so vain
Allah gives signs to those who observe,
So choose your path,
Act now, don’t wait
Success is all
But presented on a plate

Ayyuhal Muslimun
Open your eyes, wake up, wake up!
For it is time for us to rise
From the ashes we must realize
That it is time to stake claim to what is ours
To fight corruption, defend the poor
To put what’s right where there is wrong
To put Islam where it truly belongs….

j477


[1] Cintakan dunia, takutkan mati, also known as al-wahnu

Monday, June 18, 2007

Two Eyes

(By Hijaz bin Hj Ridzwan)


The scene was set,
As the moon lay stagnant,
luminating the dark sky
With its shining bright light
The soft calming breeze
All adds to the chill of night,


With eyes closed shut,
He lets his mind wander,
Into the endless abyss,
created by imagination
He begins to ponder

The creation of man
The point of his existence
The reason the sons of Adam
Were destined upon Earth
From the heavens above

As Fate had it written
That our parents fell prey
To the misdeeds of the devil
Who could never fathom
The reason behind it all

He refused to prostrate
Assuming that he was great
Thus eternal damnation
For a single declination

So Adam was sent
From the heavens above
To a place so distant
As Allah had foretold

As the founding father
For all that is here
A task so great
Even mountains could break
To serve as Khalifah
To prosrate in the name of the Great


Our imminent quest
Our given responsibility
With one common goal
Among the brotherhood of Islam
To merely serve AllaH
As a humble slave,
Just a slave, nothing more...

From a liquid so vile
We cringe at its mention
Yet the miracles of the Lord
Is truly without question

But we tend to forget
Our humble beginnings
As our Lord beseeches us
With blessing after blessing

It is merely a test,
Before we are put to rest
In the darkness of our grave
The angels question His slaves

Who is Your Lord?
A question that may
May or may not
Bring tidings of happiness
Or cries of woe

Two paths lay upon us...
One full of challenges
THe other littered with happiness

For whom who have succeeded,
Those who stuck to His path
Will find its tongue obedient
In answering the Ultimate question

While those whom took a wrong turn
Who failed to see the signs
Will face the wrath of the Almighty
For the day will come
Yes indeed as promised
Despite the doubt of some

Who are we to complain?
It is what has been ordained
THe day where ties are broken
The day that strikes fear
In the hearts of many
Some might lose their sanity
In the presence of THe Almighty
Save for the pious
The obedient and the righteous
Those who took heed to the tidings
And kept close the prophet's warnings
Only to those who believe
Only to those who believe

May Allah aid his quest
As life is not but a test
For what's defined as true success
In Jannatul Firdaus he is laid to rest

So open your eyes my friends
For God has given us two
One for the hereafter
Not forgetting Ad-dunia too

j477

Thursday, June 14, 2007

Enigma Sebuah Merdeka

(Karya Ibn Al-'Abd-Ar-Razzaq)

Umpama riuh bersabung Pak Kadok,
Ayamnya menang kampung tergadai,
Raja mengukir sinis senyum mengutuk,
Melihat Pak Kadok; ‘juara’ dengan maruah terkulai.

Lirik itu jualah penjajah memandang kita,
Dipalu dicanang, sudah merdeka katanya,
Union Jack nampak turun di tiang bendera,
Walhal, berkibar megah di hati kita.

Segala yang terbit dari barat kau junjung,
Lidah, mata, telinga, semua mengucap sanjung,
Dilatih anak watan jadi penyambung,
Pewaris takhta tanpa mahkota di kalung.

Enigma sebuah merdeka,
Pada ligat monorel dan Putra membelah kota,
Sedang manusia diperhamba harta dan kuasa,
Sedang remaja diperkosa hiburan dan cinta.

Enigma sebuah merdeka,
Siang dan malamnya masih menjadi hamba,
Pada harta, kuasa, dan cinta,
Hidup didedikasi buat yang buta.

Merdekakah kita?
Dengan cinta si dia mengatasi CINTA kepadaNya?
Dengan hidup di sini menafikan HIDUP di sana?
Dengan memperbudak diri kepada hamba?

MERDEKA; pada merdekanya Bilal bin Rabah,
Pada semangat juang Zaid bin Harithah,
Pada semarak cinta Rabiatul Adawiyah,
Pada zuhud dan warak Saidatina Khadijah.
Mereka dimerdeka dengan kemerdekaan hakiki,
Diri diperhamba buat Rabbul ‘Izzati.

Ya Allah, Tuhan alam ini,
Kupohon agar kau merdekakan hati,
Merdeka dari fana’ dan menyubur cinta suci.

15 Ogos 2006,
KMB

"Apa Erti Kemerdekaan Bagi Kita?"

Wednesday, June 13, 2007

Banner 3 & Zikrullah

Banner 3:


Zikir Harian yang diamalkan oleh Hujjatul Islam, Imam Ghazali.


*jika mampu, minimum 1000 kali bagi setiap hari. Jika tidak, ikut kemampuan masing - masing, dan yang penting ialah istiqamah dalam beramal. Moga-moga amalan kita diterima. Maaf jika ada silap dan salah.

Tuesday, June 12, 2007

Banner, Logo, and Boxed Message

New banner - Colour will be edited soon so it will merge the design of the blog. InsyaAllah

Banner 1:

Banner 2:

Please comment so that amendments can be made later. Thank you :)

And this is the new logo for the link if you want to add in your blog or anywhere to make a link.
:) just right click and save or just take the URL.


And here's the boxed message:

Monday, June 11, 2007

HARI-HARI TERAKHIR SEORANG HAMBA (kitab buruk)

(Karya Ahmad Waqiyuddin bin Abdullah)

Menatap kitab buruk
Mendengus ikatanku ke daerah kusam
Kerana darinya aku kenal lurah gersang
Lubuk tempt jiwaku terhamba

Membelek kitab buruk
Merenggut gelisah sejuta
Dan terdamparlah aku di samudera sakinah
Kukira cukup lama aku lemas
Di persimpangan neraka

Membaca buku kitab buruk
Menarik-narik perca jernih dari mata
Sedu-sedan ditemani resah
Terkadang terhenti pada ruang amanah Tuhan
Lantas menyentak, menyentap roh dayus
Kembali bermukim di persinggahan cinta agung

Mengahayati kitab buruk
Jiwaku tenatnya tak bisa lagi terungkap
Memuncak segala rahsia hitam
Mendera, menusuk hati yang kelam
Disusulu calit-calit putih
Bersama makna tetapi tidak tertafsir akalku

Aku tutup kitab buruk
Terasa pasti tiada ruan
Menatapnya lagi
Kerana hari ini hari terakhir
Sebelum hamba bertemu tuannya.


1408 pm
10 April 2007
(KMB) B116

Wednesday, June 6, 2007

Manusia & Angka

(Karya Ibn Al-'Abd Ar-Razzaq)

1,2,3,
Pada angka-angka,
Manusia bersengketa,
Pada angka-angka,
Manusia kelabu mata.

4,5,6,
Pada bentuk-bentuk ini,
Manusia mati hati,
Pada bentuk-bentuk ini,
Manusia menjauhi Illahi.

7,8,9,
Pada lentuk lengkuk angka,
Manusia melihat harta,
Pada lenggok lentuk angka,
Manusia melihat takhta.

0,0,0,
Pada lompong dada angka,
Manusia mengira juta,
Pada gabungan angka-angka,
Manusia diperhamba dunia.

Angka,
Manusia mencintaimu bila kau bawa bahagia dan sukacita,
Kiranya nestapa dan duka yang kau undang datang,
Manusia akan benci memandang.

Manusia,
Angka yang kau timbun hanya lengkok dan liuk tanpa makna,
Kiranya yang bertampuk itu membelakang Pencipta,
Kiranya yang kau himpun itu perahan dusta-dusta.

Manusia,
Kau lihat harta, kuasa, bijaksana, cinta, dunia, pada angka,
Kau meratah tubuh angka dengan nafsu durjana,
Kau inginkan angka beranak-pinak tanpa hentinya.

Angka,
Kau dicipta buat mengingat yang Esa,
Melihat perkiraan hari dan masa,
Peredaran galaksi dan alam semesta,
Mengira harta titipan; untuk diagihkan,
Meratib butir tasbih; memuji Pencinta yang soleh,
Menangisi yang pergi; mengingati mati,
Menganggar dosa; menambah pahala.

Manusia,
Kau sebaliknya cinta melihat angka bersusun dan bertambah,
Pada slip gaji, keputusan SRP,
Pada menang loteri dan permainan judi.

Manusia,
Bagaimana dalam slip zakat dan sedekahmu?
Gemarkah engkau melihat angka yang menghitung urusanmu itu?
Atau yang mengira secara membalik akan usiamu?
Atau lembaran catatan amalmu?
Mengapa prejudis pada angka yang selama ini kau cinta?
Manusia…mengapa?


Manusia dan angka,
Berdampinganlah menuju Jannah.

Manusia dan angka,
Jangan kau bertingkah kalau sudah dalam Hawiyah!

12:06 10 September 2006,
17 Sya’aban 1427H
B131

The Laureate Preview

Wallpapers



Kindly use above as your personal wallpaper

::NOT FOR SALE::

Dia Sahabat Sejati

(Karya Ahmad Waqiyuddin bin Abdullah)

Seindah bintang timur di langit merah,
Sesejuk salju suci di laut dalam,

Sahabatku...

Dialah sahabat pengganti sahabat,
Waktu kenal erti kekosongan,

Waktu aku dilanda ribut resah sendiri,

Waktu aku mencari sahabat setia

Tak kuduga begini cerita hidupku,
Sahabat datang sahabat pergi,

Ramai yang datang bila ketawa,

Dan pergi bila berduka.

Namun dia tegar di situ,
Menjauhi tika aku dibanjiri sahabat palsu,

Mendekati ketika aku dipalsukan sahabat,

Dia memahami.

Sahabat aku itu adalah dia,
Pencinta ketika aku dibenci,

Penghibur ketika aku disepi,

Penyokong ketika aku diuji,

Sabarnya bila aku mencaci,

Setianya bila aku berpaling,

Ramahnya bila aku membisu.

Aku tak punya siapa selain sahabatku ini,
Cukuplah hanya dia bagiku,

Walau kusedar betapa kotor diriku,

Tapi dia tak peduli,

Kerna Dia sahabat sejati.

KMB
24/4/2006
11 pm
B116

Perang Terpanjang

(Karya Ibn Al-'Abd Ar-Razzaq)

Terbayangkah engkau akan perang sepanjang usia?
Perang tertua yang dilalui tiap manusia,
Bergelut dengan maut senantiasa,
di hujung panahan syaitan durjana.

Bangkitmu dari lena, perang pun bermula,
Kau menembak, kau tertembak,
Kau berlari, tersungkur acap kali,
Kau berdarah, lukamu parah.

Itulah sunnah bagi yang enggan kalah,
Berjuang gagah walau hidup susah,
Peluh menitis tidak terperah,
Kejayaan diraih dengan mujahadah.

Ada satu jalan mudah,
Tak perlu darah, susah, mahupun lelah,
Syaratnya engkau menyerah,
Tunduk pada tuntutan ammarah.

Lakumu laksana seekor ternak,
Ditindik, ditarik, tertarik kau bergerak,
Mudah hidupmu tanpa senjata dipundak,
Hitungmu masa itu berakhirnya tidak.

Sayang buat yang senang,
Sekian lama jalanmu terpayang,
Akhirnya kau temui kecundang,
Menyungkur dihambat Zabaniah yang garang.

Yang hidup sukar jangan gusar,
Haus, kelak kau teguk telaga Kauthar,
Letih, kelak kau rehat di syurga tanpa bayar,
Syahid, kelak kau berdamping dengan Malikuljabbar.

Dua jalan satu pilihan,
Susah di fana’, senang di baqa’,
Atau,
Senang di fana’, susah di baqa’,
Fana’ itu sementara,
Baqa’ itu kekal selamanya,
Pilihlah kau antara dua,
Citra cinta hamba kepada Yang Esa atau yang berdusta.
8:25 pagi, 12 Rejab 1427H

Klik di sini untuk berita - berita terkini